Kamis, 17 April 2014

UMROH SEMI BACKPACKER (2)

                      *Antri di depan imigrasi Jeddah, Arab Saudi


MADINAH

Perjalanan dari Jeddah ke Madinah memakan waktu 6 jam. Rombongan kami berhenti satu kali di sebuah "rest area" untuk sholat Zuhur dan makan.

                * Ini mesjid tempat kita sholat Zuhur yang berlokasi di samping sebuah restauran Arab

 * Muttawif (guide) kami memesankan nasi ayam yang tampak seperti di foto untuk semua anggota
  rombongan. Satu piring dimakan berdua.



                                          * Kartu Imigrasi Arab Saudi



 Bus yang membawa kami memasuki kota Madinah saat waktu Ashar tiba, hotel kami berada beberapa blok dari halaman depan masjid Nabawi. Kesan pertama waktu itu terlihat kawasan pertokoan di sekitar hotel  terlihat sangat sepi dan tidak satupun yang buka. Saya sempat berpikir ini adalah hari libur sehingga tidak terlihat orang yang berlalu lalang dan toko yang buka . Ternyata setelah di terangkan oleh Muttawif kami barulah saya mengerti ternyata setiap waktu shalat tiba semua toko dan aktivitas berhenti dan semua orang melakukan sholat ,toko baru kembali dibuka ketika shalat sudah selesai.

Sewakti cek in kami tertahan sebentar karena adanya kesalah pahaman tentang jumlah kamar yang dipesan. Beberapa anggota rombongan yang suami istri telah memesan sebelumnya saat dari Indonesia kalau mereka akan tinggal sekamar dengan pasangannya dan untuk itu mereka sudah membayar lebih ( US$150 per pasang ) akan tetapi pihak travel sini memesan ruangan dengan kapasitas 4 s/d 5 tempat tidur perkamar, alias yang wanita dan yang laki2 tidur di kamar masing2 dan tidak sekamar dengan pasangannya.
Beberapa saat setelah pihak travel di Arab ini berkomunikasi dengan travel di Indonesia akhirnya pasangan yang telah memesan kamar sendiri mendapatkan kamar mereka. Sedangkan saya sendiri mendapatkan kamar dengan 5 tempat tidur yang diisi oleh 4 orang. Saya dan Mas Catur yang single travel dan 2 orang teman lagi yang terpisah dengan istrinya masing-masing karena memang tidak memesan kamar khusus sendiri.

                                    * ini adalah penampakan kamar hotel kami.

Untuk hotel yang kami tempati ada beberapa gambaran yang mungkin harus di ketahui oleh para pengunjung.
Sebelumnya ini adalah penampakan depan hotel yang kami tempati : Hotel Wasel Faraj






Dari penampakan depan bolehlah hotel ini dimasukan kepada hotel bintang 4 atau serendah-rendahnya bintang 3. Ada lobby hotel lengkap dengan porter boy. front office, lift, hotel bertingkat 20 an lantai. Tapi kondisi kamar seperti yang terlihat pada gambar diatas. Beberapa kamar ada tv dengan hanya satu channel, yang lainnya malah tidak tersedia TV, jadi jangan diharapkan ada meja kursi dengan lampu tidur, lemari mulus dengan sandal hotel di dalamnya. Plus tidak ada kamar mandi di dalam kamar alias kamar mandi tersedia di luar. Untuk satu sisi deretan kamar tersedia 3 kamar mandi. Di sebuah blog yang saya baca seorang blogger bilang ini adalah "Hotel dengan rasa Hostel". Dan tampaknya fasilitas seperti ini merupakan hal umum dan terjadi di semua hotel, TAPI "mungkin" di beberapa hotel yang sudah punya nama seperti Hilton , Swissbel dan temannya2 punya standar yang berbeda. Saya bilang "mungkin" karena saya secara pribadi belum pernah juga menginap di hotel2 berstandar Internasional tsb.

Jadi kamar kami ini dilengkapi oleh :
- 5 tempat tidur single
- Tv dengan 1-2 channel.
- Lemari tua
- Tumpukan springbed tua di depan tv
- Kulkas yang kalau tidak salah ingat memang tidak berfungsi

- AC 

Tapi untuk rombongan kami yang memang punya judul "semi backpacker" fasilitas hotel tersebut sudah cukup baik dan juga toh dipergunakan untuk tidur saja karena aktivitas kami akan lebih banyak di mesjid. 

Setelah urusan cek in selesai kami pun masuk kamar masing2 dan beres2 in bawaan . Dan sebentar kemudian saya sendiri lari terbirit2 dengan jantung berdebar2 menuju mesjid Nabawi, Mesjid sang Nabi... untuk mengejar shalat Ashar.

Setelah melewati dua blok bangunan terpampanglah di depan saya Mesjid Nabawi yang selama ini hanya saya lihat fotonya............ yang apabila shalat di dalamnya pahala yang di dapat sama dengan 1000 x shalat di tempat lain.



Kekhasan mesjid ini adalah terdapatnya kuburan Nabi Muhammad SAW di samping tempat imam mesjid, kemudian terdapat Raudah yaitu tempat yang mustajab untuk berdoa. Untuk dapat melihat kuburan nabi dan sholat sunat di lokasi Raudah merupakan perjuangan sendiri karena sangat banyak nya orang yang juga ingin menziarahi kuburan nabi dan sholat di Raudah. Saya sendiri setelah beberapa kali mencoba akhirnya bisa juga sholat di dalam Raudah ,itupun karena diberikan jalan oleh Allah SWT. Ceritanya saya sudah mulai putus asa untuk bisa masuk ke Raudah setelah beberapa kali mencoba gagal terus sehingga suatu saat saya hanya berniat ingin shalat di deretan depan sejajar dengan lokasi Raudah. Baru saja mau duduk dengan niat membaca Al Quran terdengar suara gemuruh orang-orang dibelakang saya yang berebutan menuju  Raudah karena kain pembatasnya dibuka oleh Askar yang menjaga dan saat itu jalan menuju kesana terlihat lapang sekali, maka saya pun ikut masuk dengan rombongan yang bergemuruh tadi. Alhamdulillah bisa sholat disana walaupun awalnya sempat salah lokasi sholat karena ternyata lokasi Raudah yang asli itu tidak dibatasi dengan kain, tapi.......... dibedakan dengan warna karpet mesjid. Apabila warnya hijau berarti itulah lokasi Raudah, kalau masih karpet merah maka itu bukanlah Raudah.

Secara umum kota Madinah sepi2 saja, namun kalau sudah ada di sekitaran masjid Nabawi maka kepadatan akan terlihat. Masjid Nabawi selain dikelilingi oleh hotel2 jangkung juga di penuhi dengan toko2 yang menjual keperluan jamaah termasuk aneka oleh2 souvenir. Di pintu keluar masjid setiap habis sholat akan dipenuhi oleh PKL yang menjajakan aneka rupa souvenir dan minyak wangi, Di pintu keluar wanita malah lebih beraneka ragam lagi jualannya. Ada yang menjual buah-buahan, kurma, makanan dan juga souvenir. Karena banyaknya jemaah berasal dari Indonesia maka para pedagang disana menguasai juga bahasa Indonesia, setidaknya harga dagangannya.  Disebuah deretan pertokoan yang menjual aneka makanan terlihat dua toko yang memakai nama " BAkso Doel" dan sebuah nama indonesia lagi, namun ketika saya masuk ke dalam sebagian besar makanannya adalah makanan India dan Arab, si Bakso sendiri tidak terlihat.

Disana biasanya saya beli jus buah seharga 5 riyal dan kebab seharga 6 riyal. Beberapa blok dari sana ada sebuah restauran yang memasang nama "Indonesia Restaurant" di depan bangunannya, namun di brosur mereka terlihat kalau nama tempat mereka adalah Rumah Makan Al Karat.  Tapi setidaknya beberapa orang pelayan disana adalah orang Indonesia dan beberapa makanannya juga mirip2 makanan Indonesia, dan disini saya lihat mereka juga menjual bakso yang kebanyakan di pesan oleh ibu-ibu (masih mikir kenapa ibu-ibu suka bakso ya ). Harga seporsi nasi dan lauk disana antara 12- 18 riyal.

MADINAH CITY TOUR
Kami sampai di Madinah hari Kamis dan di rencanakan pada hari Minggu baru menuju Makkah.
Jadi hari Jum'at pagi kami diajak sang Muttawif untuk berkeliling kota Madinah dan direncanakan nanti mendekati sholat Jumat sudah sampai kembali ke hotel.

Rombongan kami kembali menaiki bus besar kapasitas 40 orang seperti kemaren. Tujuan pertama kami adalah mesjid Quba. Sang Muttawif menyarankan kami untuk mengambil Wudu dari hotel dan kemudian sholat sunat disana karena pahala orang yang datang ke mesjid tersebut dalam keadaan sudah berwudu sama dengan pahala umroh itu sendiri.

                                                    * mesjid Quba

Kemudian rombongan menuju Kebun kurma. Awalnya saya pikir kami akan melihat2 sebuah kebun luas yang penuh dengan pohon kurma namun ternyata kebun kurmanya tidak dibuka dan pengunjung diarahkan ke tempat penjualan kurma saja. Setelah itu kami diantar ke  pegunungan Uhud dimana pernah terjadi perang Uhud disana. Beberapa orang teman selain foto2 juga sempat mendatangi sebuah tempat penjualan yang menurut informasi menjual rempah2 untuk kesehatan khusus buat wanita namun sayang ternyata penjualnya tidak berada ditempat saat itu sehingga rombongan kami pun segera kembali ke bus dan segera menuju ke hotel.

Setelah melewati 3 hari di Makkah maka pada hari Minggu setelah sholat Zuhur kami bersiap2 menuju Mekkah untuk melaksanakan Umroh.
 



Sabtu, 05 April 2014

UMRAH SEMI BACKPACKER (1 )

" Ingatan.... suatu hari akan hilang.......
  Maka menulislah maka ingatanmu akan kekal "


Sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa niatan menulis post ini pada dasarnya adanya keinginan diri saya supaya pengalaman yang saya tuliskan dapat membantu para pembaca untuk terinspirasi, terinformasi ,berkeinginan atau dapat membantu memberikan informasi pada pembaca yang memang berencana melakukan ibadah umrah ataupun haji baik dengan metode travel reguler, tavel independen atau travel semi backpacker dan real backpacker. Dan juga yang pasti semoga saya dijauhkan dari sifat riya dalam membuat tulisan ini.



AWAL PERJALANAN

Suatu ketika saya di undang atau mendaftarkan diri (lupa juga yg mana) untuk menjadi anggota sebuah komunitas di facebook yang mengkhususkan diri untuk berburu tiket2 murah dari Indonesia ke Jeddah dalam rangka untuk umroh. Setelah beberapa saat hanya menjadi silent reader di komunitas tersebut tiba-tiba di suatu malam saya melihat seorang anggota komunitas yang juga merupakan seorang anggota dari sebuah komunitas backpacker facebook yang juga saya ikuti memuat post menanggapi sebuah postingan tentang adanya penawaran tiket promo dari sebuah maskapai dari Kuala Lumpur tujuan Jeddah. Si pembuat posting yang pertama menawarkan untuk membuat sebuah grup pemberangkatan umroh dengan menyesuaikan tanggal - tanggal promo, yang kemudian ditanggapi oleh anggota backpacker tersebut keinginan untuk ikut bergabung dan langsung searching tiket dengan tanggal-tanggal di bulan yang promo. Terus terang keinginan untuk bergabung dengan grup yang baru posting itu muncul di diri saya karena adanya keinginan dari anggota backpackeran itu untuk bergabung juga. Kenapa demikian ? karena walaupun tidak pernah bertemu ataupun berkomunikasi dengannya baik di komunitas, di forum atau dimanapun tapi karena member tersebut lumayan aktif di forum backpacker yang saya ikuti sehingga record travelnya saya ketahui maka saya merasa ia satu-satunya "teman yang saya percaya" pasti serius untuk ikut mengikuti grup pemberangkatan umroh ini. Setelah beberapa jam sibuk deal-deal kapan waktu yang tepat untuk berangkat dan pulang di forum itu akhirnya empat orang memastikan ikut dengan tanggal yang disepakati. 
Namun berdasarkan info yang didapat dimana untuk membuat grup pemberangkatan harus minimal ada 8 orang maka grup kami tersebut masih tetap menunggu anggota-anggota lainnya yang berminat untuk bergabung . Kami sendiri yang sudah fix mendapatkan tiket berusaha menginformasikan grup keberangkatan ini kepada teman2 kami lainnya baik lewat media sosmed maupun langsung. Untuk yang berminat gabung dapat langsung membeli tiket pesawat sendiri dengan menyesuaikan tanggal keberangkatan dan kepulangannya dengan tiket kami.  Dan Alhamdulillah setelah beberapa hari akhirnya minimal 8 orang yang disyaratkan terkumpul. Mas Catur yang pertama memposting/ membuat grup pemberangkatan kami angkat menjadi ketua rombongan. Dia pun mulai mengumpulkan salinan/foto tiket-tiket pesawat dari kami yang sudah membeli sendiri-sendiri via online. 
Hari- hari pun berlalu dan peserta pun bertambah lagi walaupun harga tiket maskapai penerbangan low budget yang kami beli merangkak naik. Sepasang suami istri dari Batam merupakan peserta terakhir yang bergabung dengan grup kami dengan membeli tiket pesawat termahal. Alasan pasangan tersebut bergabung walau dengan mendapatkan harga tiket yang mahal seharga tiket pesawat reguler ( yang bukan penerbangan budget ) adalah ingin merasakan perjalanan umroh dengan style semi backpacker karena beliau berdua sebelumnya pernah melakukan perjalanan umroh tapi dengan mengikuti paket dari Travel.

Sampai suatu saat anggota kami berjumlah 18 orang terdiri dari 6 orang dari Jakarta, 2 dari Batam, 3 dari Surabaya, 2 Dari Jogja, 1 dari Pekanbaru, 1 dari Makassar, 2 dari Kalimantan dan 1 lagi lupa dari mana :)

Setelah anggota grup jumlahnya sudah fix/pasti berdasarkan tiket penerbangan yang terkumpul maka kemudian kami berunding lewat facebook travel mana yang akan kami datangi untuk menanyakan paket land arrangement ( paket yang hanya menyediakan kebutuhan kita di Arab Saudi yaitu antar jemput dari bandara, transportasi dari Jeddah, Madinah dan Mekkah serta menyediakan hotel dan menjadi penjamin kita ) termasuk bersedia menguruskan visa umroh buat kita. 

Setelah travel yang bersedia mengurus land arrangement dan visa umroh ditemukan dan ditentukan maka kami segera bersiap- siap mengumpulkan dokument2 yang diperlukan untuk pengurusan visa yaitu :

1. Foto copy KTP
2. Kartu kuning suntik Maningitis
3. Paspor asli dengan nama 3 suku kata
4. Foto copy kartu keluarga
5. Foto copy tiket pesawat pulang pergi
6. Surat muhrim untuk wanita yang pergi tanpa suami. (diurus sama travel)

Setelah dokumen terkumpul semua maka travel segera mengurus land arranggement di Arab Saudi dan visa kita.
Karena kami hanya memesan land arragement dan visa maka perlengkapan untuk umroh kami cari sendiri yaitu :

1. Baju ihram
2. tas sandang kecil untuk menaroh dokumen
3. baju selama disana
4. Perlengkapan mandi (handuk,sabun dll)
5. Buku petunjuk pelaksanaan umroh

Dalam perjalanan pengurusan visa ternyata ada beberapa kesalahpahaman antara beberapa orang dari grup kami dengan travel penyelenggara yang berakibat rombongan kami yang semula ada 18 orang terbagi menjadi dua sehingga di grup kami tinggal 13 orang, sedangkan sisanya menggunakan travel lain. Namun karena kita pesan tiketnya barengan maka kita tetap dalam satu pesawat pulang dan pergi.

Here we go...., visa dapat dan waktu pemberangkatan yang ditunggupun tiba.Rombongan kami karena berasal dari banyak daerah sepakat akan berkumpul di Terminal LCC Kuala Lumpur.

Day 1

Pesawat yang membawa saya dari Jakarta menuju Kuala Lumpur akan bertolak jam 8 malam. Jam 3 sore saya sudah berangkat dari Bogor menggunakan bus Damri menuju bandara. Mungkin bukan jam pulang kantor maka perjalanan ke bandara lancar dan tidak terjebak macet yang berlebihan sehingga jam 5 saya sudah berada di terminal 3 bandara Soekarno Hatta. Untuk perjalanan ini saya sudah mengambil cuti 8 hari dari kantor.
Melakukan cek ini lewat alat self cek in yang berada di pelataran bandara, ternyata saya hanya bisa cek in untuk penerbangan Jakarta - Kuala Lumpur - Jeddah saja sedangkan untuk penerbangan pulangnya tidak bisa. Karena waktu berangkat masih lama saya cari makan dulu di sebuah food court yang bergaya jawa di lantai 2 . Saya memesan nasi ayam penyek yang ternyata ngga begitu enak dibanding penjual ayam nyet langganan saya plus sebotol aqua. Semua harus saya bayar seharga 55 ribu rupiah.
Dua jam sebelum waktu keberangkatan saya melewati imigrasi dan masuk ruangan boarding. Di Terminal 3 pintu boarding untuk penerbangan internasional walau kemanapun tujuan kita tetap hanya satu. Sebelum masuk ruangan boarding saya bayar airport tax dulu di desk penerbangan saya. Disini ada kejadian ketika saya sudah selesai membayar airport tax dan menerima kembali paspor salah seorang petugasnya mengejar saya yang sudah terlanjur berjalan menuju ruang boarding. Ternyata ia ingin mengecek kembali paspor saya karena baru "ngeh" kalau tujuan akhir saya adalah Jeddah, tentu yang di cek adalah visa umroh saya. Saya memaklumi tindakan petugas tersebut yang pasti heran karena saya berangkat umroh tapi kok hanya sendirian saja dan juga tidak memakai seragam dari travel seperti yang biasa terlihat pada rombongan umroh.

Setelah yakin saya mengantongi visa umroh maka petugas tersebut mengembalikan paspor saya dan sayapun melenggang menuju ruang boarding.

Sesuai jadwal pesawat ke kuala lumpur berangkat dan mendarat di Terminal LCC Kuala Lumpur, terminal budget yang terpisah dari terminal KLIA Kuala Lumpur. Karena saya memesan tiket Flight true maka saya tidak perlu menuju meja imigrasi tapi saya langsung menuju pintu boarding untuk penerbangan berikutnya. Di pintu  boarding kita akan kembali cek in di meja maskapai penerbangan untuk mendapatkan boarding pass penerbangan berikutnya walaupun sebenarnya saya sendiri sudah mempunyainya ketika cek ini di Jakarta tadi. Disini kembali petugas menatap curiga saya ketika mengetahui saya akan menuju Jeddah, petugas itu menanyakan apakah saya pergi dengan rombongan atau tidak dan kemudian meminta saya menunjukan visa umroh yang saya dapat. Visa umroh saya memang sakti ! setiap petugas melihatnya maka urusan cek in saya akan lancar.
Di dalam ruangan boarding yang besar dengan belasan pintu keberangkatan itu saya harus cari2 an terlebih dahulu sebelum akhirnya ketemu dengan seorang ibu2 anggota rombongan yang juga memakai fasilitas fligh trought , beliau pergi sendirian. Setelah itu baru anggota rombongan lainnya dari Jakarta, Pekanbaru, Jogja, Makassar , Pontianak dan Bangkalan via Surabaya yang tidak memakai fasilitas fligh through bergabung dengan kami. Saat itu mas Catur dari Surabaya yang menjadi kepala rombongan membagikan name tag kita yang berisi foto, nama negara, nama hotel dan penanggung jawab kita di Arab Saudi.
Ketika pengumuman boarding tiba saya akhirnya bertemu dengan peserta dari Batam yang kebetulan buku tuntunan umroh dari travel milik mereka di titipin ke saya dan saya menyerahkannya pada saat itu.
Malam itu jam satu dinihari penumpang tujuan Jeddah mulai memasuki pesawat besar yang akan mengantar kami ke kota Jeddah, terlihat hampir semua kursi penumpang yang tersedia terisi penuh. Ternyata rute Kuala Lumpur - Jeddah ini termasuk rute gemuk dan yang pasti semua penumpangnya adalah pemegang visa umoh. Ketika pramugara/pramugari menunjukan tempat duduk kita mereka memanggil haji untuk laki-laki dan hajjah untuk wanita.
Perjalanan di tempuh sekitar 9 jam dari Kuala Lumpur. Selama di perjalanan di sediakan 2 kali makan. Beda waktu antara Jeddah dan Kuala Lumpur adalah 4 jam sehingga ketika saya sudah terbangun sempurna sesuai dengan jam biologis saya setelah tidur malam ternyata hari masih gelap dan waktu subuh belum tiba, hal serupa juga terjadi dengan penumpang yang lain sehingga malam itu pesawat sudah terdengar gaduh dan lampu kabin juga sudah menyala terang. Pesawat yang mengangkut saya ini ada 9 kursi perbaris jarak 3-3-3 
dengan 2 alley untuk pejalan. Ukuran kursinya menurut saya lumayan kecil sehingga susah untuk meregangkan badan. Saya sempet menyesal tidak membeli bantal leher seperti mas catur yang terlihat nyaman tidur dengan bantal lehernya. Sempat beberapa saat saya merasakan kram di punggung tapi malas untuk bangkit dari tempat duduk.

Jam 7 waktu Jeddah kami sampai di Jeddah. Setelah turun dari pesawat kami dijemput oleh beberapa bus yang mengantar kami ke ruang kedatangan. Sepertinya setiap penumpang pesawat akan diantar ke ruangan berbeda tergantung dari mana pesawatnya berasal karena ruangan kedatangan kami ini berukuran kecil sehingga terlihat padat sekali karena kita juga belum diperbolehkan langsung menuju ruangan imigrasi. Sepertinya ruangan ini dkhususkan untuk pesawat yang datang dari asia tenggara dan Irak atau Iran karena hanya ada dua bangsa itu di ruangan kedatangan kami. Beberapa kali orang-orang yang tidak sabar menunggu dan mencoba menerobos ke ruang imigrasi di usir kembali menuju ruang kedatangan oleh petugas yang bertampang tidak ramah, walaupun terlihat ruang imigrasi kosong dan petugasnya asyik ngobrol saja.

Tak beberapa lama kemudian ruang imigrasi di buka namun kami belum diperbolehkan masuk karena dari pintu kedatangan yang lain yang kami tidak tahu dimana itu terlihat rombongan jamaah umroh berkulit hitam yang pasti dari negara2 di Afrika datang menuju counter2 imigrasi. Mereka terdengar gaduh dan kinclong dengan baju-baju tradisional mereka yang besar dan warna warni kuning, perak dan keemasan.
Selesai jamaah dari afrika itu barulah kami di perbolehkan menuju imigrasi, jamaah perempuan dan laki-laki dipisahkan lajurnya. Belum Selesai kami yang dari Indonesia dan Malaysia ini melalui imigrasi terdengar lagi rombongan masuk dari lantai 2 bandara, mereka kebanyakan berperawakan gendut dan berkumis tebal, berpakaian jas tipis, celana aladin dan pinggangnya dililit dengan kain panjang, beberapa terlihat seperti Saddam Husein mantan presiden Irak itu, yang wanitanya memakai jubah hitam-hitam. Sepertinya mereka berasal dari Turki. Rombongan ini langsung berebutan mengikuti barisan yang paling sedikit di belakang kita dan ribut bercanda sementara kita yang Melayu terliah kalem saja.

Setelah kelar urusan imigrasi teman-teman rombongan segera menuju pengambilan bagasi. Ternyata disana cobaan sudah menanti, 3 orang teman kami yang berbeda travel kehilangan bagasi, mungkin masih nyangkut di Kuala Lumpur.
Karena grup kami yang 13 orang sudah ada yang menjemput akhirnya kami pamit duluan untuk keluar gedung bandara menuju tempat bus jemputan menanti.
Ternyata bus yang menjemput kami itu berukuran bus besar dengan kapasitas 40 orang sedangkan kami hanya 13 orang, maka berleha-leha lah kami di bus itu. Bus berhenti di sebuah persimpangan untuk menjemput Muttawif atau guide kami dan 2 orang anggota rombongan kami yang lain yang tidak berbarengan pesawatnya karena mereka tiba di Terminal Internasional bukan Terminal Haji seperti kami.

Dari Jeddah kami diantar oleh bus menuju Madinah yang memakan waktu 6 jam diselingi berhenti di suatu tempat untuk shalat Zuhur dan makan.