Rabu, 09 Oktober 2013

Still Japan Note (5)

Sesuai dengan anjuran yang tertulis di pengumuman guesthouse ini maka saya meletakan backpack saya dibawah meja penerima tamu sehingga tidak terlihat dari luar. Sedangkan dokumen penting lainnya tetap saya bawa demi keamanan.
Tujuan saya berikutnya adalah kinkaku-ji temple atau pavilion emas.


Kinkaku-ji adalah komplek taman dan bangunan aliran Buddha Zen di Kyoto ini. Taman ini merupakan contoh sempurna desain taman dari periode klasik zaman Muromachi. Untuk menuju kesini saya harus keluar lagi menyusuri gang-gang kecil menuju jalan besar di dekat terminal stasiun dan bus Kyoto. Dari terminal bus Kyoto berbekalkan bus pass yang dibeli tadi pagi saya menumpang bus menuju lokasi pavilion emas itu. Di dalam bis saya melihat beberapa anak sekolah setingkat SD atau SMP sedang membuka-buka peta kyoto, sepertinya mereka sedang mendapat tugas untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitaran kyoto yang banyak itu. Ternyata anak-anak kyoto sama bingungnya dengan saya dalam mencari lokasi temple temple disana. 

Suatu saat di dalam bus saya melihat ada nenek-nenek yang baru naik bus berdiri di depan saya karena tidak ada lagi bangku yang kosong. Otomatis saya yang lagi duduk berdiri untuk memberikan tempat duduk saya pada nenek-nenek tersebut. Eh si nenek-neneknya cuman ngangguk-ngangguk saja tapi ga mau duduk, beberapa saat kursi itu kosong sampai akhirnya seorang pelajar laki-laki duduk disana. Si nenek nya ngomong bahasa Jepang seperti ngedumel sendiri yang mungkin artinya kira-kira " emang mentang-mentang saya udah nenek-nenek nggak sanggup berdiri ?" 

Saya turun di halte yang bernama Kinkaku-ji halte, karena saya yakin pasti taman pavilion emas itu berada tidak jauh dari sana. Dan memang benar dengan mengikuti petunjuk arah yang tersedia disana saya akhirnya bisa sampai di pintu masuk Kinkaku-ji temple.  Dari halte bis dimana saya turun sampai dengan lokasi terlihat kebersihan dan kerapian. Jalan dengan trotoar yang lapang, toko toko souvenir  berjejer rapi dengan hiasan yang simple, memang tidak banyak orang saat itu sehingga kesan teduh dan nyaman sangat terasa apalagi hari menjelang sore dimana terik matahai tidak begitu menyengat lagi. Mmmm...........

Untuk memasuki kawasan taman kami harus membeli tiket seharga 300 yen. Saya bergabung dengan sekelompok orang yang memulai perjalanan mengelilingi taman di pimpin oleh seorang pemandu yang menerangkan apa saja yang ada di taman tersebut. Dan fokus utamanya tentu saja si pavilion emas yang berdiri di tepi sebuah danau kecil.

Sehabis keliling taman saya mampir sebentar ke sebuah toko souvenir dan menemukan hiasan teko untuk minum sake seharga 1000 yen, saya beli dua paket untuk oleh2.

Keluar dari jalan besar saya kembali ke terminal bus Kyoto dengan menaiki bus kota dengan rute yang sama dengan bus kota saat berangkat tadi. 

Ketika kembali ke guesthouse ternyata pengelolanya telah standby disana. Setelah isi data dan membayar biaya nginap saya diberi kunci ruangan. Kali ini kamar yang saya tempati lumayan lebih luas dari Hotel Wako saat di  Osaka, namun disini kita harus memakaikan kain sprei sendiri. Tersedia juga sebuah senter (mungkin sering mati lampu disini ) dan sebuah kamar mandi yang walaupun kecil tapi tersedia kloset duduk yang nyaman. 

Setelah beberes sedikit dan mandi saya kembali keluar, menyapa si pemilik guest house yang lagi nonton sendirian di ruang depan pamit untuk dinner.. (halah..)
Malam ini saya ingin berkunjung ke Distric Gion, dimana disana banyak warung atau restoran dengan gaya tempo doeloe, kebanyakan yang dicari pengunjung disana adalah bangunannya yang klasik serta kesempatan untuk melihat geisha-geisha dari jarak deket. Dengan menaiki bis kota lagi saya sampai di sana sekitar jam delapan. Di persimpangan jalannya ada sebuah temple atau wihara yang saya tidak tahu namanya tapi banyak orang yang mengambil fotonya karena terlihat cantik malam itu dengan gemerlap lampunya.. Namun entah kenapa kamera saya saat itu tidak dapat mengambil gambar yang bagus dan selalu blur. Ekmudian saya memasuki distrik Gion, terlihat sudah mulai sepi dengan pengunjung kecuali terlihat beberapa taksi yang berhenti di sebuah gedung perutnjukan dan di jemput oleh beberapa wanita yang berpakaian geisha.
Setelah puas menikmati suasana dengan berjalan kaki sayapun kembali ke halte bus, malam itu ternyata bus yang saya tunggu sangat lama datangnya sehingga saya duduk dulu di emperan sebuah toko kecil.
Ketika bus kota melewati Kyoto Tower yang berada sebelum terminal,saya pun  turun. Hari sudah gelap dan misi saya sekarang adalah mencari makan. Setelah muter2 akhirnya saya menyerah dan terduduk pasrah di sebuah restoran Mc D dengan menu ayam plus kentang goreng. Harganya sekitar 800 yen, menu termurah yang bisa saya dapatkan. Sebelumnya saya sempat membeli nasi kepel yang kelihatannya diolesi dengan lauk ikan cuman seharga 50 yen, tapi setelah membaui ikannya membuat saya memutuskan membuangnya dan apa boleh buat..... untung ada Mc D.

The Last Day

Pagi hari ini sebenarnya saya ingin mengunjungi istana Kyoto, namun entah karena perjalanan yang panjang atau malas ngeluarin duit lagi saya hanya tiduran di kamar sambil sesekali memperhatikan orang-orang yang berjalan di depan penginapan.  Semalam saya tidur larut malam karena merasa belum ngantuk dan sedikit kangen dengan suasana Indonesia, akhirnya coba-coba wi fi disini dan dapat puter siaran Opera Van Java pakai youtube. Yah lumayanlah bisa dengar orang berbahasa Indonesia lagi.
Jam 10 waktu Jepang saya berkemas-kemas lagi dan segera cek out dari penginapan. Ini hari terakhir saya di Jepang karena pesawat saya di jadwalkan berangkat sore ini dari Kansai Airport. Basa basi lagi sama pemilik guest house yang mungkin baru pertama kali ini kedatangan tamu dari Indonesia karena agak-agak tidak familiar dengan nama Indonesia sayapun berangkat menyusuri gang-gang di kawasan tersebut menuju jalan besar dimana terminal bus berada. 
Setelah bertanya kepada gadis yang duduk di kounter information di dalam gedung Kyoto terminal dimana bus yang menuju bandara berada dan bilang Arigato saya segera menuju lokasi yang diinformasikan. Jadi di gedung terminal Kyoto tersebut ada 3 lokasi transportasi. Pertama di dalam gedung itu sendiri adalah stasiun kereta Kyoto, di depan gedung adalah lokasi terminal bus dalam kota, sedangkan di belakang gedung adalah lokasi terminal bus antar kota termasuk bus yang menuju bandara Kansai dimana kita harus melewati kota Osaka.

Pembelian tiket bus ternyata bukan di loket tapi di mesin tiket. Kita bisa memilih naik bus yang jam berapa. Waktu tempuh bus dari Kyoto menuju pulau di mana Kansai airport berada sekitar 2 jam . Sesampai di bandara saya segera mencari tempat cek in. Setelah urusan cek ini selesai karena waktu masih lama untuk boarding maka saya keliling2 bandara itu dulu, sempat mengintip toiletnya karena mengharapkan ketemu toilet super canggih seperti yang diceritakan orang-orang eh tetep saja saya ketemunya toilet duduk.....Beuh ngga jadi ke toilet deh.

Saat lagi plangak plongok mencari lokasi sholat seseorang dengan berpakaian jas rapi mendekati saya. Samar2 saya mendengar dia menanyakan tujuan pesawat saya. Saya jawab saya akan menuju Kuala Lumpur dimana saya akan transit terlebih dahulu sebelum terbang lagi ke Jakarta. Setelah itu dia menanyakan paspor saya. What ? saya masih bengong dan mulai waspada...siapa pula orang tidak dikenal nanya-nanya paspor saya. Paspor hanya saya keluarkan ketika di depan petugas imigrasi dan saat cek in di penginapan.
Orang tersebut bilang seperti " Police..."  saya masih ngga mudeng, akhirnya dia keluarkan dompet dengan emblem polisi dari sakunya, saat itu baru saya sadar dia itu polisi, tapi kok rapi banget ya pakai jas segala ?...... Akhirnya saya tunjukan paspor saya dan dia mulai mencatat, kemudian mulai bertanya apa saja kegiatan saya selama di Jepang, kemana saja dan berapa lama. Saya jawab saya sedang holiday berkunjung selama 4 hari, jalan-jalan ke kota osaka, nara dan kyoto dan sekarang akan kembali menuju KL. Setelah paspor saya dikembalikan sekalian saja saya tanya di mana lokasi prayer room dan dia memberitahukan lokasinya. Di prayer room hanya diisi oleh seorang ibu-ibu yang sedang sholat dan seorang bapak-bapak. Saya ikutan shalat berjamaah dengan bapak-bapak tersebut. Setelah shalat kami sempat ngobrol sebentar. Ternyata bapak-bapak tersebut orang Malaysia yang sedang mengunjungi anaknya yang lagi kuliah di Jepang. Dia terlihat bangga dengan anaknya tersebut, mungkin sang anak dapat beasiswa kuliah di Jepang. 

Setelah penat menunggu akhirnya pesawat saya pun terbang menuju Kuala Lumpur dan karena ini penerbangan malam sebagian besar waktu penumpang habiskan dengan tidur.

Hampir tengah malam pesawat mendarat di LCCT Sepang Malaysia, setelah melewati imigrasi saya segera menuju foodcourt yang bernama Garden Food di dekat terminal untuk menunaikan sholat di musholanya karena mushola resmi terminal sudah di kunci malam itu. Saat sampai di mushola itu ternyata ruangan hampir habis digunakan oleh para penumpang untuk tidur, sambil berjingkat-jingkat saya melangkahi mereka dan menemukan sedikit tempat untuk sholat. Selesai sholat saya kembali ke luar, memesan sedikit makanan untuk membuat lebih afdol duduk di areal foodcourt itu, beberapa jam kemudian saya mulai rebahan sambil memeluk backpack.
Wakru shubuh tiba dan setelah menunaikan sholat shubuh saya kembali nongkrong di foodcourt karena pesawat saya masih jam 1 siang nanti jadwal berangkatnya.
Dua jam sebelum jadwal saya beringsut pergi dari Garden Food menuju terminal keberangkatan dan pesawat berangkat sesuai jadwal menuju Jakarta.  
Jam 4 sore saya sudah berada di luar teminal Soekarno Hatta menunggu bis Damri tujuan Bogor dan selesailah trip ke Jepang saya kali ini.