Senin, 12 April 2010

Journey To Kuala Lumpur , Malaysia

Bas meninggalkan Singapore jam 10.30 malam menuju KL di Malaysia, di check point Singapore penumpang turun untuk cek paspor keluar dari Singapore,disini akan diminta sobekan kartu imigrasi Singapore yang kita dapatkan saat pertama masuk ke Singapore.Beberapa saat kemudian turun lagi di checkpoint Malaysia di Johor Bahru untuk cek paspor lagi. Disini kita harus menyerahkan kartu imigrasi Malaysia yang sudah kita isi sebelumnya di dalam bis atau bisa diisi disana dan setelah selesai pemeriksaan kita akan mendapatkan potongan kartunya untuk nanti diserahkan di imigrasi bila kita akan keluar dari Malysia. Untuk checkpoint di Malaysia ini para penumpang harus membawa semua barang bawaannya untuk di periksa disana. Yang memeriksa saya di JB adalah seorang petugas wanita yang tampak tak begitu antusias untuk nanya banyak kepada tamu negaranya ini, mungkin karena udah capek bekerja atau mungkin karna liat wajah saya yang bukan tampang kriminal hehe...
Jadi tak butuh waktu lama pasporpun dicap dan saya pun bilang terima kasih. Sejujurnya sewaktu melihat wajah petugas tersebut termasuk emblem Malaysianya di bawah alam sadar saya ada suatu kelegaan yang sedikit mengendurkan ketegangan di sana. Saya merasa
memasuki suatu daerah yang familiar dan lebih safe. Setidaknya saya memasuki daerah dimana orang2nya sedikit banyak saya ketahui karakternya dan lebih mudah untuk berkomunikasi. Ini mungkin pengaruh kejadian beberapa saat lalu ketika baru pulang dari pulau Sentosa. Setiba di halte Vivo City saya baru sadar kalau tidak ingat nomor bas yang melewati Golden Mile tempat pool bas yang saya booking tadi pagi untuk menuju KL. Ketika menelisik satu persatu jalur bus yang tercantum di halte tersebut tak satupun ada yang melewati Beach Road dimana Golden Mile berada. Panic Attact terjadi disini ketika puluhan orang yang saya tanyain tak ada satupun yang bisa memberikan jawaban meyakinkan berapa nomor bus yang harus saya naikin, walau ada sepasang anak muda India yang berusaha keras membantu dengan membolak balik dan menyusuri jalan-jalan yang ada di peta yang saya bawa tapi akhirnya menyerah and said sorry... sementara jam sudah hampir mendekati waktu check in. Saya juga sudah berkali kali mengelilingi gedung itu untuk mencari petugas yang berkompeten memberikan informasi, hasilnya nihil, telponpun entah kenapa ga nyambung ke nomor pool bis tersebut. Disaat saat terakhir bertemulah dengan seorang tukang parkir di gedung itu, dengan terbata-bata kembali saya menanyakan nomor bus tujuan saya, dan si bapak itu tahu yang saya maksud. " golden mile, right? you take one hundred..", saya masih bengong, sekali lagi dia menegaskan " one..zero..zero" , saya meloncat pergi dengan cepat kembali ke halte, cek nomer 100, ternyata ada, tapi tetap tidak ada beach road, mhh.. mungkin di seberang jalan, tanya lagi sama ibu-ibu muda bagaimana menuju keseberang, ternyata harus turun ke stasiun MRT dan berjalan ke seberang melalui lorongnya, dan sesampai disana kembali cek rute dan thank God saya menemukan tulisan bus 100 melewati road beach disana dan beberapa saat kemudian sang bus itupun muncul dan membawa saya ke golden mile.

Dengan semua kejadian melelahkan tadi sebenarnya saya berharap dapat tidur nyenyak selama perjalanan ke KL, tapi walaupun mata tertutup tetap saya tak terlelap, berulang kali miring kekanan maupun kekiri, nyender maupun membungkuk tetap rasanya tak nyaman. Mungkin status siaga satu di otak saya membuat badan berada dalam kondisi waspada sehingga tak mau diajak untuk beristirahat. Hal yang wajar karena saya akan memasuki daerah yang belum pernah di datangi sebelumnya pada dinihari pula pada kondisi yang saya bayangkan sama dengan di Indonesia. Itu waktu yang gak begitu nyaman bagi saya.

Rasanya belum begitu lama waktu perjalanan ketika saya dikejutkan dengan
teriakan pak sopir di depan saya. " Puduraya..puduraya...yang turun di KL turun disini.." Saya tersentak kaget, hah dah sampai? setelah meyakinkan diri bahwa bis sudah sampai di Puduraya saya segera menyambar ransel yang terletak di bagasi atas dan segera melangkah turun karena bus akan melanjutkan perjalanan ke kota lain yang saya lupa namanya. Begitu turun saya merasa benar2 di Indonesia lagi, beberapa sopir taxi segera berebutan menyambut para penumpang untuk  diajak menaiki mobilnya. Bedanya kalo disini sapir taxinya kebanyakan India dengan seragam putih-putihnya. Secara otomatis saya menggelengkan kepala dan menggoyangkan tangan menolak tawaran mereka. Mata saya mencari-cari kira-kira tempat mana yang bisa saya datangi untuk duduk sejenak menyusun strategi. Beberapa sopir itu masih tetap bertanya kemana saya mau pergi ketika saya melihat sebuah kedai atau buffet curry India di seberang jalan dan dengan langkah mantap menyebrang jalan menuju kesana.
"Teh nya satu pak cik.." kata saya dan kemudian mengambil posisi duduk di kursi yang menghadap ke jalan. Saya liat beberapa orang yang saya yakin sebagiannya adalah turis juga seperti saya menempati meja meja di kedai itu. Kami sama-sama menunggu pagi. Setelah teh datang yang ternyata adalah teh tarik kembali saya memesan roti cane pisang pada si pelayan. Kembali datang seorang sopir taxi menanyakan tujuan saya, saya bilang saya nak ke hotel paginya di bukit bintang.
Jam menunjukan jam 5 ketika saya menanyakan ke pelayan dimana ada mesjid sekitar sini, si pelayan pertama mengaku tidak tahu tapi si pelayan kedua memberitahukan bahwa di dalam gedung terminal Puduraya ada sebuah surau untuk shalat, dan waktu subuh jam 6 pagi ( kayanya dia tahu kalau orang Indo rada keder soal waktu shalat saat pertama kali ke Malay ). Ok lah kalo begitu, jam 6 tepat waktu Malaysia dan hari masih gelap saya menyusuri jalan menuju terminal Puduraya, dari luar bangunan terminal tersebut tampak tak begitu terang, keraguan sempat timbul dalam hati..amankah masuk kedalam sana di pagi buta ini? Namun saya tetapkan hati karena ini dalam rangka mencari rumah ibadah tentu Tuhan akan melindungi kita. Pertama masuk saya nyasar ketempat parkiran taxi di tingkat tiga, kemudian keluar lagi dan masuk ke lantai dua, ternyata di dalamnya sudah ramai dengan calon penumpang dan agen-agen bis yang meneriakan tujuan tujuan perusahaan bis bisnya..
" Malaka..Malaka"

" Pahang..pahang "
"Kedah..Kedah.." begitulah kira-kira teriakan mereka.
Setelah tanya-tanya akhirnya sampailah di surau itu, titip tas dan sepatu disana bayar 30 sen (disini titipan termurah selama saya di KL, soale di tempat lain biaya titipan paling murah adalah 2 ringgit ) setelah sholat perut saya berontak karena kemasukan roti cane tadi dan segera keluar buru-buru cari toilet, dapat toilet sekelas toilet terminal di Indonesia, bayar dulu 50 sen, masuk deh.
Sejam kemudian saya cari informasi bis tujuan Genting dan ditunjukan satu-satunya kaunter bis yang menuju Genting di deretan paling
belakang. Saya mendapatkan bis pertama yang berangkat pagi ini dengan membayar 9 ringgit 50 sen dah termasuk tiket skyway alias kereta gantung. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk mencapai Genting Highland.


Genting Higland




Genting higland merupakan daerah ketinggian dimana udaranya cukup dingin dan selalu terlihat diliputi kabut seperti di Puncak, disana tersedia sarana hiburan indoor maupun outdoor yang mirip kaya dufan di Indonesia, cuman kayanya disini ada beberapa permainan yang belum ada di dufan. Waktu kesana ada iklan tentang beberapa permainan yang baru datang disana, Salah satu diantaranya adalah crazy coaster dan saya mencoba permainan ini dengan membayar 12 ringgit dan 2 ringgit untuk jasa penyimpanan backpack. Lumayan seru cuman saya merasa lebih seruan Halilintar kali ya.Sebetulnya di sini dijual juga tiket terusan namun berhubung saya lagi irit pengeluaran maka hanya beli yang single entry aja.  Setelah keliling keliling disana Jam 12 tepat saya kembali pulang menggunakan skyway setelah untuk kesekian kalinya ngabisin waktu muter2 lagi mencari jalan keluar yang ga ketemu2. Jam 1 siang dah sampai di Puduraya lagi dan dengan berjalan kaki mencoba mencari Jl. Tengkat Tongshin di daerah Bukit Bintang dimana infonya banyak terdapat hostel-hostel murah buat para backpackeran.

Rencana semula saya akan menginap di Green Hut Lodge, tapi jadi tertarik dengan sebuah guest house di sebelahnya yang bernama Comfort Lodge, dari segi tampak luar GH ini lebih tampak menarik dibandingkan Green Hut tetangganya. Disini saya ditawari single room dengan harga RM 45, sedangkan di Green Hut single roomnya RM50,  dan dorm 10 bed dengan harga RM28. Akhirnya chek in di Comfort Lodge yang bersebelahan langsung dengan Radius Hotel itu walaupun harus nunggu sampe jam 3 sore untuk memastikan kamar yang kosong. Pertimbangannya selain single room nya lebih murah RM5 juga tampilan lobby nya yang lebih comfort bagi saya dibandingkan Green Hut.

Young girl yang menerima reservasi saya berbicara dengan fulln English yang fasih menerangkan fasilitas lodge ini yaitu sama dengan yang di Sing tapi tanpa breakfast dan deposit RM20. (http://www.hotelcomfort.biz/html/comfort-lodge.htm).  Jam 4 setelah mandi dan beberes saya langsung
turun ke jalan untuk mulai mengexplore   kota Kuala Lumpur  , pertama masih bingung mau kemana karena ternyata tak cukup tersedia brosur dan peta wisata di tempat penginapan. Tujuan utama ke Menara Petronas/KLCC , tapi harus jalan kemana ya ? Pelan-pelan menyusuri Bukitbintang Walk dan akhirnya ambil keputusan untuk mengambil tur dengan bis Hop in Hop out disebuah agent travel. Harganya  RM38 . Menimbang dari pada keseringan nyasar lagi seperti di  Singapore  , dengan menaiki bis ini tentu lebih menghemat tenaga dan waktu karena rutenya melalui lebih dari 40 spot wisata KL. Sore itu perjalanan di mulai dari depan plaza BB dan kembali menyelusuri Jl. tengkat tong shin, kemudian sampai di Petaling Street. Di istana Raja sempat turun sebentar untuk mengambil beberapa foto bersama sekelompok turis Jepang atau China gitu. Saling tuker tukeran ngambil foto dengan bahasa isyarat.
Abis dari sana kemudian menuju Museum Nasional, ga berenti disana cuman lewat doang bus kembali melewati Daratan  Merdeka, Bird Park dan akhirnya melewati  KLCC yang menjadi tujuan utama saya. Turun disana mengikuti arus wisatawan menuju sebuah taman yang tepat berada di depan  menara, ambil foto sana sini dengan berbagai gaya. Ternyata semua pengunjung
mengalami persoalan yang sama yaitu sangat susah untuk mengambil gambar  Menara kembar itu secara keseluruhan, paling yang dapat hanya separo keatas atau separo keatas,  dan akhirnya harus rela berfoto diri dengan background kaki kaki menara.
Abis sesi pemotretan saya langsung masuk ke Suria KLCC, ini mall pada umumnya hanya di lantai bawahnya terdapat tempat pendaftaran bagi pengunjung yang ingin menaiki menara  kembar Petronas ( sayang kaunter tiket dah tutup ) dan semacam tempat pamer  bagaimana Menara ini dibuat. Setelah puas disana dan bengong sebentar di sebuah kolam air mancur
saya segera beringsut ke halte bus Hop on Hop out lagi, hari sudah menunjukan jam 7 malam ketika bus itu datang, isinya penuh dengan ibu-ibu dan bapak-bapak bule yang dengan ketertarikan yang besar mengagumi Menara  kembar Petronas dan juga Menara KL yang termasuk menara tertinggi di dunia, rute bus selanjutnya adalah   KL sentral, abis dari sana setiap penumpang ditanyain tujuan akhirnya dikarenakan ini adalah bus hip hop yang terakhir beroperasi. Dan sejam kemudian saya diturunkan di BW kembali. Saat itu adalah Sabtu malam, daerah BB menggeliat meriah, anak anak muda tumpah ruah disana, di setiap perempatan jalan terdengar musik baik dari band cafe maupun band bikinan sendiri, orang-orang yang berlalu lalang berasal dari bermacam macam negara dengan pakaian yang paling chic saat itu. Cafe dan restoran penuh dengan pengunjung. Karna waktu yang masih sore saya mencoba memasuki sebuah mall yang bernama Sungei Wang, disana dijual berbagai macam barang dagangan termasuk souvenir.Gak ada yang dibeli disana karena keburu perut udah minta diisi. Saya kembali melangkahkan kaki menuju Jl Alor dimana dikiri kanan jalan padat oleh restoran dan rumah makan China, saya mencoba mencari-cari siapa tau ada terselip rumah makan padang atau melayu disana namun saya lagi kurang beruntung. Setengah putus asa akhirnya saya melangkah kembali ke penginapan dan berencana membeli Pop Mie aja, eh gak taunya ternyata tepat di seberang jalan penginapan penuh dengan rumah makan curry India, wah mantap nih, setidaknya saya yakin disini makanan halal semua. Rumah makan yang saya masuki memakai sistem self service, abis makan baru bayar, kebetulan disana juga dipenuhi oleh pengunjung yang sedang asik menonton siaran langsung sepak bola. Jadilah malam itu saya makan gule ikan ditemani pengunjung yang bersorak-sorak gembira ketika tim jagoannya berhasil menceploskan bola ke gawang lawannya. Mm hommy... ( kali ini ga pesen teh...takut dikasih teh tarik lagi hehe..).
Kenyang dari sana kembali ke penginapan ,tekan bel dan dibukain pintu oleh bapak2 yang ramah menyambut dan mau sedikit berbasa basi berbahasa Malay dengan saya. Abis mandi langsung tidur.

Paginya setelah breakfast dengan martabak telor India dan lagi-lagi dikasih teh tarik pas mesen teh walau dah nerangin dari awal saya maunya teh biasa kayak teh lipton gitu. ( akhirnya baru tau kalau mesen teh biasa nyebutnya hari teh O ) saya segera beberes dan check out. Tujuan hari ini adalah Batu cave.



Sebenarnya tiket bus hop in hop out saya masih bisa berlaku
sampai jam 4 sorenya untuk keliling KL lagi namun seteleh diitung-itung waktu yang tersisa akhirnya saya memilih melepaskan kesempatan itu dan ambil tujuan ke batu cave. Info yang saya baca dimilis kalau mau menuju kesana kita bisa mengambil rute monorail dari BB ke Titiwangsa dan dari sana nyambung bus yang menuju Batu cave. Sayapun mengikuti info itu, beli tiket di kaunter monorail bayar 2 ringgit sekian sen dan melaju menuju stesen akhri Titiwangsa. Pas di bawah stesen itu ada halte bis, segera saya nongkrong disana nungguin bis yang ada tulisan batu cave nya. Tunggu punya tunggu sang bas yang ditunggu gak kunjung datang. Di halte yang sama kaya di Indonesia itu tidak terdapat sama sekali info tentang rute bis. Capek nunggu saya coba tanya2 sama seorang gadis pake english, dia hanya geleng2 pala.
Ok, saya tanya lagi gadis lain yang terlihat sangat melayu pake bahasa Indo, dia juga geleng2 pala. Waduh..selain mereka berdua yang terlihat hanya para supir taxi, kalau nanya supir taxi ntar malah ditawarin kesana ya, padahal ringgit saya terbatas nih. Nongkrong lagi disana nungguin orang lain yang mungkin bisa ditanyain. lama disana ga ada juga yang datang datang, sedangkan waktu terus berjalan . Setelah berapa lama eh
akhirnya gadis pertama yang saya tanyain pake english tadi datang mendekat. " Kamu nak ke batukev ? " tanyanya pake bahasa Malay, terang aja saya ngangguk angguk kuat. Dan intinya dia ngasih tahu kalau bus yang ke batu cav tidak melewati halte itu kemungkinan di jalan lain dan saya dianjurkan bertanya kepada petugas bis yang kebetulan poolnya ada dibelakang halte itu.
"Thank you" kata saya berulang-ulang karena lega akhirnya mendapatkan petunjuk. Saya segera tanya sama petugas disana dan ditunjukan arah untuk menunggu bis nomor U6. Jadi saya harus berjalan sekitar setengah kilo lagi dari sana menuju sebuah jalan dimana bis U6 lewat.

Bis U6 adalah bis Rapid KL yang membawa saya ke batukev dengan biaya hanya 2 ringgit.
" dari mana ? " tanya sopir sambil nyetir.
" Ee..Jakarta "
" Nak melancong?"
" Iya pak cik "

Setengah jam kemudian bis pun melewati persimpangan dimana batukev berada, keberadaannya sangant mencolok dengan gerbang besar dan patung budha besar di dalamnya.