Pagi - pagi sekali kita udah bangun karena dah janjian sama supir tuk-tuk yang akan membawa kami ke Angkor Wat jam 5 pagi. Si abang tukang tuk-tuk ternyata dah standby di lobby dari jam setengah 5 tadi, begitu kita turun dia langsung menyiapkan tuk-tuknya dan kami langsung melaju menembus kota Siem Reap yang masih terlelap dalam kegelapan subuh dingin itu menuju lokasi Angkor Wat berada. Sekitar 15 menit perjalanan tuk-tuk berhenti tepat di loket masuk kota candi tersebut, dengan bahasa isyarat abang tuk-tuk mempersilahkan kami untuk bergerak menuju loket yang sudah menunggu seorang gadis manis dengan pakaian khas khmer yang menyambut kami dengan menangkupkan kedua tangannya didada.
"where you came from ?" tanyanya.
''Indonesia" jawab kami.
Kami satu persatu di arahkan untuk berdiri dan menghadap sebuah alat dan setelah itu membayar tiket masuk. Ternyata kami di foto..yang fotonya langsung di cetak di tiket masuk. Harganya USD20 untuk tiket 1 hari, selain itu ada juga tiket yag dijula untuk 2 hari, 3 hari dan seminggu.
Selesai urusan tiket kami kembali naik tuk-tuk yang kembali melaju dan mengitari sebuah kolam besar. Tuk-tuk berhenti di gerbang Angkor Wat dan menurunkan kami disana. sopir tuk-tuk bilang akan menunggu kami di sudut lapangan bila kami nanti keluar dari komplek candi tersebut.
Jam 5 pagi yang gelap itu ratus orang sudah berada disana meraba-raba menapaki bebatuan candi dan mencari posisi yang strategis. Apalagi yang dituju kalau bukan mengambil foto sunrise matahari yang akan bergerak naik melewati tiga menara candi Angkor Wat. Ketika saat itu tiba ratusan dan mungkin ribuan foto pun tercipta dari orang-orang yang berasal dari berbagai bangsa .
Puas foto-foto kami mulai menelusuri komplek candi angkor wat , dan karena keasikan berburu spot-spot bagus dan menikmati kekokohan bangunan yang menyimpan berjuta cerita itu akhirnya kami terpisah satu sama lain. Saya dengan seorang teman asik menelisik patung-patung apsara disana termasuk bekas kolam dan menara2 nya . Sedangkan teman yang lainnya udah ga tau lagi dimana. Untuk 3 menaranya itu terlihat plang yang melarang pengunjung menaikinya dikarenakan curamnya tangga yang ada. Sempat terpikir bagaimana orang-orang dahulu menaiki tangga yang curam dan berundakan tipis tersebut,..waduh kalau jatuh gimana ya?....
Puas menikmati candi-candi tersebut sayapun melangkah keluar dan menuju tuk-tuk yang menunggu di sudut lapangan bersama dengan puluhan tuk-tuk lainnya. Setelah menunggu beberapa lama sampai semua teman kembali berkumpul barulah kami melanjutkan perjalan menuju lokasi berikutnya. Kali ini kami di turunkan si abang tuk-tuk di komplek candi Bayon. Candi ini terkenal dengan patung-patung muka dari salah satu raja Khmer. Dimana-mana ada patung muka si Raja di bagian atasnya, sementara di dasar candi dinding-dindingnya tergambar relief cerita Perang Bharatayuda atau Ramayana gitu deh....ga paham juga haha.... termasuk juga relief perang kerajaan khmer dengan negara tetangganya. Kalau ga salah ingat disini juga terdapat relief kehidupan sehari-hari rakyat khmer jaman dulu, persis seperti jaman kerajaan di Jawa, ada orang-orang yang lagi mengolah padi, ada yang lagi nyambung ayam, lagi ngemong anak dll, abis itu...ya perang lagi.
Dari Bayon kita berjalan menelusuri bekas lokasi pertandingan adu gajah atau dikenal dengan nama Elephant Terrace. Saya dan Diah menyelusuri depannya dan berfoto di spot yang mirip dengan yang terdapat di postcard, sedangkan teman lainnya ternyata ada yang menyelusuri dari bagian dalam teras elephant tersebut dan tiba-tiba dah sampai duluan di tempat tuk-tuk parkir.
Dari sana naik tuk-tuk lagi menyelusuri jalan yang sebahagian terbenam genangan air sisa banjir meliuk-liuk menyusuri hutan menuju candi berikutnya, nah yang ini lupa namanya.....
Sehabis dari candi itu baru tuk-tuk membawa kami ke candi Ta Prom yang terkenal karena film Tomb Raider pernah mengambil lokasi disini. Disini ada kejadian , ketika kami mau keluar dari candi ternyata salah satu pohon yang membalut candi roboh dan menimpa salah seorang pengunjung tepat di samping yoffa yang sedang mengambil foto disana, Alhamdulillah yoffa tidak sampai terluka.
Dari sana si abang tuk-tuk membawa kami mengunjungi 2 lokasi candi lagi, namun sayang karena kondisi candi yang terendam air karena banjir membuat niat teman2 untuk masuk ke dalam menjadi surut dan akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari lokasi bekas kerajaan Angkor itu dan berganti arah menuju national museum yang berlokasi di kota.
Kami di drop di depan pintu masuk museum dan si abang tuk-tuk kembali balik ke penginapan dan berjanji menjemput kami 2 jam kemudian. Tiket masuk museum USD12.
Dari museum kami kembali ke penginapan di jemput oleh abang tuk-tuk yang lain dikarenakan abang tuk-tuk sebelumnya lagi dapat tugas menjemput tamu di bandara. Istirahat sebentar dan pas jam 2 siang mobil jemputan yang akan membawa kami ke pool bus Sorya transport telah datang menjemput. Mobil jemputan tersebut seperti L300 disini tapi rada besaran. penumpangnya umpel2an di dalam, rata-rata bule. Perjalanan menuju terminal bis bus Sorya lumayan jauh dari tempat penginapan kami. Sekitar 1 jam-an baru sampai di terminal yang keadaannya persis terminal di kota-kota kecil kita. Banyak pedagan asongan disana yang menjual roti prancis. Ibu-ibu yang ikutan bus Sorya tujuan Pnom phenh banyak yang beli roti itu untuk cemilan di jalan.
Bus Sorya punya seat 2-2, dan AC yang beberapa diantaranya udah dol salurannya. Selain di terminal, bus ini juga mengambil penumpang di sepanjang jalan yang dilaluinya, cuman saya nggak lihat ada penumpang yang sampai berdiri, semuanya mendapatkan tempat duduk. Perjalanan ke Pnom Phenh (yang artinya Bukit Phenh, Phenh ini nama seorang ibu-ibu yang pertama kali mendiami Pnom phen) ditempuh selama 6 jam. Jalan sepanjang rute ini termasuk bagus , kita melewati banyak kampung disini, ada Kampong Throm dan Kampong Cham. Selama perjalanan kami menonton film China lucu yang membuat seisi bus tertawa terbahak-bahak yang diputar pak sopir. Saya pun sempat ngobrol dengan ibu-ibu yang duduk di kursi samping saya. Saya ngobrol dengan bahasa Indonesia , si ibu ngomong bahasa Khmer, ga nyambung ya.......hehe.
Bus Sorya memasuki poolnya di Pnom Phenh jam 8 malam. Dan Seorang supir tuk-tuk kembali terlihat memgang karton dengan nama saya menunggu di luar. Si abang tuk-tuk itu kemudian membawa kami ke Starwood guest house yang sudah kami pesan jauh-jauh hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar