Pagi - pagi sekali kita udah bangun karena dah janjian sama supir tuk-tuk yang akan membawa kami ke Angkor Wat jam 5 pagi. Si abang tukang tuk-tuk ternyata dah standby di lobby dari jam setengah 5 tadi, begitu kita turun dia langsung menyiapkan tuk-tuknya dan kami langsung melaju menembus kota Siem Reap yang masih terlelap dalam kegelapan subuh dingin itu menuju lokasi Angkor Wat berada. Sekitar 15 menit perjalanan tuk-tuk berhenti tepat di loket masuk kota candi tersebut, dengan bahasa isyarat abang tuk-tuk mempersilahkan kami untuk bergerak menuju loket yang sudah menunggu seorang gadis manis dengan pakaian khas khmer yang menyambut kami dengan menangkupkan kedua tangannya didada.
"where you came from ?" tanyanya.
''Indonesia" jawab kami.
Kami satu persatu di arahkan untuk berdiri dan menghadap sebuah alat dan setelah itu membayar tiket masuk. Ternyata kami di foto..yang fotonya langsung di cetak di tiket masuk. Harganya USD20 untuk tiket 1 hari, selain itu ada juga tiket yag dijula untuk 2 hari, 3 hari dan seminggu.
Selesai urusan tiket kami kembali naik tuk-tuk yang kembali melaju dan mengitari sebuah kolam besar. Tuk-tuk berhenti di gerbang Angkor Wat dan menurunkan kami disana. sopir tuk-tuk bilang akan menunggu kami di sudut lapangan bila kami nanti keluar dari komplek candi tersebut.
Jam 5 pagi yang gelap itu ratus orang sudah berada disana meraba-raba menapaki bebatuan candi dan mencari posisi yang strategis. Apalagi yang dituju kalau bukan mengambil foto sunrise matahari yang akan bergerak naik melewati tiga menara candi Angkor Wat. Ketika saat itu tiba ratusan dan mungkin ribuan foto pun tercipta dari orang-orang yang berasal dari berbagai bangsa .
Puas foto-foto kami mulai menelusuri komplek candi angkor wat , dan karena keasikan berburu spot-spot bagus dan menikmati kekokohan bangunan yang menyimpan berjuta cerita itu akhirnya kami terpisah satu sama lain. Saya dengan seorang teman asik menelisik patung-patung apsara disana termasuk bekas kolam dan menara2 nya . Sedangkan teman yang lainnya udah ga tau lagi dimana. Untuk 3 menaranya itu terlihat plang yang melarang pengunjung menaikinya dikarenakan curamnya tangga yang ada. Sempat terpikir bagaimana orang-orang dahulu menaiki tangga yang curam dan berundakan tipis tersebut,..waduh kalau jatuh gimana ya?....
Puas menikmati candi-candi tersebut sayapun melangkah keluar dan menuju tuk-tuk yang menunggu di sudut lapangan bersama dengan puluhan tuk-tuk lainnya. Setelah menunggu beberapa lama sampai semua teman kembali berkumpul barulah kami melanjutkan perjalan menuju lokasi berikutnya. Kali ini kami di turunkan si abang tuk-tuk di komplek candi Bayon. Candi ini terkenal dengan patung-patung muka dari salah satu raja Khmer. Dimana-mana ada patung muka si Raja di bagian atasnya, sementara di dasar candi dinding-dindingnya tergambar relief cerita Perang Bharatayuda atau Ramayana gitu deh....ga paham juga haha.... termasuk juga relief perang kerajaan khmer dengan negara tetangganya. Kalau ga salah ingat disini juga terdapat relief kehidupan sehari-hari rakyat khmer jaman dulu, persis seperti jaman kerajaan di Jawa, ada orang-orang yang lagi mengolah padi, ada yang lagi nyambung ayam, lagi ngemong anak dll, abis itu...ya perang lagi.
Dari Bayon kita berjalan menelusuri bekas lokasi pertandingan adu gajah atau dikenal dengan nama Elephant Terrace. Saya dan Diah menyelusuri depannya dan berfoto di spot yang mirip dengan yang terdapat di postcard, sedangkan teman lainnya ternyata ada yang menyelusuri dari bagian dalam teras elephant tersebut dan tiba-tiba dah sampai duluan di tempat tuk-tuk parkir.
Dari sana naik tuk-tuk lagi menyelusuri jalan yang sebahagian terbenam genangan air sisa banjir meliuk-liuk menyusuri hutan menuju candi berikutnya, nah yang ini lupa namanya.....
Sehabis dari candi itu baru tuk-tuk membawa kami ke candi Ta Prom yang terkenal karena film Tomb Raider pernah mengambil lokasi disini. Disini ada kejadian , ketika kami mau keluar dari candi ternyata salah satu pohon yang membalut candi roboh dan menimpa salah seorang pengunjung tepat di samping yoffa yang sedang mengambil foto disana, Alhamdulillah yoffa tidak sampai terluka.
Dari sana si abang tuk-tuk membawa kami mengunjungi 2 lokasi candi lagi, namun sayang karena kondisi candi yang terendam air karena banjir membuat niat teman2 untuk masuk ke dalam menjadi surut dan akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari lokasi bekas kerajaan Angkor itu dan berganti arah menuju national museum yang berlokasi di kota.
Kami di drop di depan pintu masuk museum dan si abang tuk-tuk kembali balik ke penginapan dan berjanji menjemput kami 2 jam kemudian. Tiket masuk museum USD12.
Dari museum kami kembali ke penginapan di jemput oleh abang tuk-tuk yang lain dikarenakan abang tuk-tuk sebelumnya lagi dapat tugas menjemput tamu di bandara. Istirahat sebentar dan pas jam 2 siang mobil jemputan yang akan membawa kami ke pool bus Sorya transport telah datang menjemput. Mobil jemputan tersebut seperti L300 disini tapi rada besaran. penumpangnya umpel2an di dalam, rata-rata bule. Perjalanan menuju terminal bis bus Sorya lumayan jauh dari tempat penginapan kami. Sekitar 1 jam-an baru sampai di terminal yang keadaannya persis terminal di kota-kota kecil kita. Banyak pedagan asongan disana yang menjual roti prancis. Ibu-ibu yang ikutan bus Sorya tujuan Pnom phenh banyak yang beli roti itu untuk cemilan di jalan.
Bus Sorya punya seat 2-2, dan AC yang beberapa diantaranya udah dol salurannya. Selain di terminal, bus ini juga mengambil penumpang di sepanjang jalan yang dilaluinya, cuman saya nggak lihat ada penumpang yang sampai berdiri, semuanya mendapatkan tempat duduk. Perjalanan ke Pnom Phenh (yang artinya Bukit Phenh, Phenh ini nama seorang ibu-ibu yang pertama kali mendiami Pnom phen) ditempuh selama 6 jam. Jalan sepanjang rute ini termasuk bagus , kita melewati banyak kampung disini, ada Kampong Throm dan Kampong Cham. Selama perjalanan kami menonton film China lucu yang membuat seisi bus tertawa terbahak-bahak yang diputar pak sopir. Saya pun sempat ngobrol dengan ibu-ibu yang duduk di kursi samping saya. Saya ngobrol dengan bahasa Indonesia , si ibu ngomong bahasa Khmer, ga nyambung ya.......hehe.
Bus Sorya memasuki poolnya di Pnom Phenh jam 8 malam. Dan Seorang supir tuk-tuk kembali terlihat memgang karton dengan nama saya menunggu di luar. Si abang tuk-tuk itu kemudian membawa kami ke Starwood guest house yang sudah kami pesan jauh-jauh hari.
Kamis, 17 November 2011
Senin, 14 November 2011
HO CHI MINH....HERE WE COME
Setelah lama ditunggu-tunggu akhirnya trip ke Vietnam sampai juga di hari eksekusinya (halah....). Sayang salah satu teman yang dah siap berangkat gagal pergi karena ada keperluan keluarga yang mendadak. Seperti biasa kita janjian ketemuan di Hoka Hoka Bento terminal II Soetta 2 jam sebelum jam keberangkatan. Dan seperti biasa juga saya yang paling akhir datangnya :)
Sesuai peraturan baru dari AirAsia kita dah check in duluan melalui web nya sehingga nyampe di bandara kami tinggal bayaran airport taxnya dan langsung cabut ke loket imigrasi. Duduk2 dulu sebentar di ruang tunggu sebelum masuk gate ngabisin minuman dan akhirnya pesawat kami mengudara setelah delay 15 menitan.
Mendarat di bandaraTan Son Nhat Internasional yang sepi sekitar jam 8 an, orang vietnam pertama yang saya temui adalah petugas imigrasi dengan nama Nguyen, yang kedua adalah sopir yang menjemput kami di bandara, tapi ga tau namanya karena ketika saya tanya "you speak english..?" dianya geleng-geleng kepala, pas yoffa nanya "you speak china...?" dia juga geleng2 kepala...trus.."you speak vietnam?' kitanya yang geleng-geleng kepala hehe....
Di malam itulah pertama kali saya kecele sama tempat sopir, pas mau masuk kursi mobil di depan ...lha kok ada setirnya? Ternyata di sana setir mobil di kiri dan kursi penumpang di kanan...uhui..unik juga..
Menjelang malam itu lalu lintas terlihat biasa saja, tidak terlalu ramai, dan seperti yang banyak di beritakan memang disana banyak sepeda motor, dimana-mana sepeda motor. Salah seorang guide yang kami temui disana bilang penduduk Saigon (HCMC) ada 5 juta dan sepeda motor ada 3 juta......
Dibeberapa Distrik malah aktivitas terlihat sudah tutup, ketika memasuki distrik 1 (Quand 1) dimana hotel kami berada barulah terlihat aktivitas manusia masih ramai.
Dengan bahasa tubuh si sopir menunjukan gerbang masuk ke Luan Vu Hotel yang sudah kami pesan jauh2 hari. lokasi hotel memang berada di sebuah gang dari jalan utama, sehingga keramaian jalan bui vien yang merupakan lokasi turis di Saigon tidak sampai ke hotel.
Seperti yang sudah diduga sebelumnya kesulitan utama kami di sini adalah untuk menemukan makanan halal...kalau bisa makanan melayu atau warteg sekalian (ngareeep....), apa daya sepanjang jalan bui vien dan pan ngu lao itu tidak ada satupun restaurant melayu ( restauran VN Vietnam yang info nya menyediakan makanan melayu juga tidak buka ketika kami mencoba mencarinya keesokan hari ). Akhirnya dibuat keputusan untuk memasuki restaurant yang pasti halal...restaurant India..walau bumbu2 nya rada2 nehi di mulut kita. Jadi malam itu acara diisi dengan nyari resto India, pesan nasi goreng telor (satu2nya masakan yang dimengerti) dan pesan tour Cu chi tunnel untuk besoknya.
Besok jam 7 kami dah breakfast dengan roti tawar plus egg dari hotel, dan bersiap menunggu jemputan tour. Jam 8 lewat guide kami datang menjemput dan bersama bule2 lain kami memasuki sebuah mobil van 16 orang. Peserta pagi itu selain kami yang dari Indonesia ada beberapa remaja dari Peru, USA, Finlandia, Thailand dan England. Perjalanan menuju daerah cu chi tersebut sekitar dua jam di selingi berhenti di suatu tempat untuk yang mau ke toilet. Daerah yang kita lalui sepanjang perjalanan persis seperti di daerah Sumatera sana. Kalau ga lihat tulisan dan bahasa yang digunakan pasti kami berpikir lagi di salah satu daerah dekat Jambi sana.
Guide kami yang terlihat bersemangat namun dengan bahasa Inggris yang terdengar aneh sepanjang perjalanan memberikan informasi yang perlu dan yang tidak perlu kepada peserta perjalanan. Saya yang duduk pas di belakang guide tersebut terpaksa rela kena muncratannya ketika ia berbicara dengan berapi-api. Ini tour Rambo..katanya. Maksudnya ketika Rambo kalah sama orang Vietnam.
Sesampai di lokasi kami membayar biaya tiket masuk yang ternyata tidak termasuk biaya tour. Biayanya 80.000 dong atau 40 rebu perak.
Pertama kita diajak dulu melihat video tentang sejarah lokasi cu chi tunnel tersebut. Setelah itu melihat lobang-lobang masuk ke lorong bawah tanah yang sangat kecil hanya pas di badan saja, kemudian lubang2 udara yang terlihat disamarkan untuk menghindari kecurigaan musuh. Diterangkan juga gas orange yang digunakan Amerika ketika berperang dulu yang merupakan pelanggaran hukum perang karena sangat mengerikan akibat yang ditimbulkan.
Selain itu juga di perlihatkan gubuk2 tempat pengolahan bom menjadi senjata, ruang rapat, ruang makan, tempat bikin sendal pasukan. Selain itu ada tempat memperlihatkan jenis2 jebakan mematikan yang dibuat oleh tentara vietnam selama berperang. Kemudian sebuah tank hancur mejeng disana untuk tempat berfoto para turis. Perjalanan diakhiri dengan mengunjungi arena menembak yang suara tembakannya cukup memekakan telinga. Satu tembakan satu peluru satu dollar......
Tidak lupa kita disuguhi ubi rebus plus gilingan kacang. (yah makanan sehari2 kita dah hehe.......)
Pulang dari cu chi tunnel udah jam 3 sore, perut lapar dan kami kembali tergopoh2 mencari resto India untuk makan siang yang telat. Kembali ke hotel beres2 termasuk mandi, kami kembali siap2 untuk mengexplore Saigon.
Dari hotel kami berjalan kaki menyusuri de tham street, pan ngu lao , sebuah taman dan akhirnya terlihatlah patung kuda itu, langkah kaki pun tak bisa ditahan memasuki sebuah gedung besar bernama Ben Tham market, ratusan pedagang disana berteriak2 menawarkan dagangannya, dan tentu saja sasaran kami menuju stall yang menawarkan souvenir2. Ada gantungan kunci (oleh2 seribu umat..) hiasan pensil, magnet, tas, dompet, t-shirt, topi dll. Semua pakai tawar menawar... dan tak terasa ketika keluar dari gedung tersebut hari sudah malam.
Setelah capek keliling2 akhirnya kami kembali ke hotel dan sempat mampir di sebuah stall pas di sudut buffalo cafe di simpang bui vien dan de tham yang hanya menjual nasi goreng ayam dan telor untuk makan malam.
Keesokan harinya jam 6 pagi kami sudah check out dari hotel dan bergegas menuju Sinh cafe, dan nggak sempat sarapan lagi,disana sudah menunggu bus yang akan membawa kami ke Siem Reap. Bus berangkat tepat waktu, jam 6.30 kami meninggalkan pelataran parkir menuju perbatasan vietnam dan Kamboja di Moc Bai, hanya 2 jam dari saigon.
Disana sempat diperingatkan petugas karena kita masih sempat narsis2 an dengan ngambil foto di dalam ruangan imigrasinya. Jadi sebelum masuk imigrasi paspor kita akan diminta oleh guide kita yang menemani dari Saigon untuk diuruskan visa dan proses imigrasinya, kita nanti tinggal nunggu di depan loket dan dipanggil namanya untuk menerima paspor yang sudah di cap. Setelah melalui loket imigrasi kita akan diperiksa petugas kesehatan karantinanya dengan menempelkan semacam alat pendeteksi ke leher kita, lolos dari sana kita kembali ke dalm bus. Hanya 5 menit bus berjalan kita harus turun lagi untuk melewati imigrasi kamboja di Bavet.
Jam 12 siang bus sampe di Pnomphenh. Disana penumpang yang akan menuju siem reap harus turun dan menunggu untuk bertukar bus rute pnom phenh - Siem reap. Perut lapar jadi kami sempatkan keliling menuju pasar yang berada di dekat pool sinh cafe tersebut untuk mencari makanan. Dan lagi2 tidak menemukan resto halal. Sempat mau beli roti yang terlihat sangat menggiurkan dan sepertinya tak mungkin ga halal...pas ditanya sama penjualnya apakah ini mengandung pork? si penjual bilang tidak, hore ok dong....tapi ketika yoffa memastikan lagi..si penjual bilang no pork...but pig..pig.. Yahaaha..apa bedanya...haha.. Akhirnya balik lagi deh ke pool...puasa deeeeeh....
Jam 8 malam sampai di pool sinh cafe di Siem reap. Untung sekali dari atas bus udah terlihat seseorang menenteng kertas bertuliskan "Indra". Pasti itu jemputan dari guest house kami. Lega deh soale sempat deg-deg an kalau ga ada yang jemput kita mo kemana karena buta sama sekali dengan daerahnya.
Ok, dengan tuk-tuk yang dikemudikan oleh pak kusir yang baik (eh..kok pak kusir, emang dokar..) kita diantar ke Victoria Guesthouse. Lokasinya agak masuk ke dalam, kamarnya besar dan bersih. CS nya sangat membantu sekali, dia sedikit kaget ketika menghitung jumlah kami, kok kurang satu? ..kami jawab.. one more friend not go...
Sesuai peraturan baru dari AirAsia kita dah check in duluan melalui web nya sehingga nyampe di bandara kami tinggal bayaran airport taxnya dan langsung cabut ke loket imigrasi. Duduk2 dulu sebentar di ruang tunggu sebelum masuk gate ngabisin minuman dan akhirnya pesawat kami mengudara setelah delay 15 menitan.
Mendarat di bandaraTan Son Nhat Internasional yang sepi sekitar jam 8 an, orang vietnam pertama yang saya temui adalah petugas imigrasi dengan nama Nguyen, yang kedua adalah sopir yang menjemput kami di bandara, tapi ga tau namanya karena ketika saya tanya "you speak english..?" dianya geleng-geleng kepala, pas yoffa nanya "you speak china...?" dia juga geleng2 kepala...trus.."you speak vietnam?' kitanya yang geleng-geleng kepala hehe....
Di malam itulah pertama kali saya kecele sama tempat sopir, pas mau masuk kursi mobil di depan ...lha kok ada setirnya? Ternyata di sana setir mobil di kiri dan kursi penumpang di kanan...uhui..unik juga..
Menjelang malam itu lalu lintas terlihat biasa saja, tidak terlalu ramai, dan seperti yang banyak di beritakan memang disana banyak sepeda motor, dimana-mana sepeda motor. Salah seorang guide yang kami temui disana bilang penduduk Saigon (HCMC) ada 5 juta dan sepeda motor ada 3 juta......
Dibeberapa Distrik malah aktivitas terlihat sudah tutup, ketika memasuki distrik 1 (Quand 1) dimana hotel kami berada barulah terlihat aktivitas manusia masih ramai.
Dengan bahasa tubuh si sopir menunjukan gerbang masuk ke Luan Vu Hotel yang sudah kami pesan jauh2 hari. lokasi hotel memang berada di sebuah gang dari jalan utama, sehingga keramaian jalan bui vien yang merupakan lokasi turis di Saigon tidak sampai ke hotel.
Seperti yang sudah diduga sebelumnya kesulitan utama kami di sini adalah untuk menemukan makanan halal...kalau bisa makanan melayu atau warteg sekalian (ngareeep....), apa daya sepanjang jalan bui vien dan pan ngu lao itu tidak ada satupun restaurant melayu ( restauran VN Vietnam yang info nya menyediakan makanan melayu juga tidak buka ketika kami mencoba mencarinya keesokan hari ). Akhirnya dibuat keputusan untuk memasuki restaurant yang pasti halal...restaurant India..walau bumbu2 nya rada2 nehi di mulut kita. Jadi malam itu acara diisi dengan nyari resto India, pesan nasi goreng telor (satu2nya masakan yang dimengerti) dan pesan tour Cu chi tunnel untuk besoknya.
Besok jam 7 kami dah breakfast dengan roti tawar plus egg dari hotel, dan bersiap menunggu jemputan tour. Jam 8 lewat guide kami datang menjemput dan bersama bule2 lain kami memasuki sebuah mobil van 16 orang. Peserta pagi itu selain kami yang dari Indonesia ada beberapa remaja dari Peru, USA, Finlandia, Thailand dan England. Perjalanan menuju daerah cu chi tersebut sekitar dua jam di selingi berhenti di suatu tempat untuk yang mau ke toilet. Daerah yang kita lalui sepanjang perjalanan persis seperti di daerah Sumatera sana. Kalau ga lihat tulisan dan bahasa yang digunakan pasti kami berpikir lagi di salah satu daerah dekat Jambi sana.
Guide kami yang terlihat bersemangat namun dengan bahasa Inggris yang terdengar aneh sepanjang perjalanan memberikan informasi yang perlu dan yang tidak perlu kepada peserta perjalanan. Saya yang duduk pas di belakang guide tersebut terpaksa rela kena muncratannya ketika ia berbicara dengan berapi-api. Ini tour Rambo..katanya. Maksudnya ketika Rambo kalah sama orang Vietnam.
Sesampai di lokasi kami membayar biaya tiket masuk yang ternyata tidak termasuk biaya tour. Biayanya 80.000 dong atau 40 rebu perak.
Pertama kita diajak dulu melihat video tentang sejarah lokasi cu chi tunnel tersebut. Setelah itu melihat lobang-lobang masuk ke lorong bawah tanah yang sangat kecil hanya pas di badan saja, kemudian lubang2 udara yang terlihat disamarkan untuk menghindari kecurigaan musuh. Diterangkan juga gas orange yang digunakan Amerika ketika berperang dulu yang merupakan pelanggaran hukum perang karena sangat mengerikan akibat yang ditimbulkan.
Selain itu juga di perlihatkan gubuk2 tempat pengolahan bom menjadi senjata, ruang rapat, ruang makan, tempat bikin sendal pasukan. Selain itu ada tempat memperlihatkan jenis2 jebakan mematikan yang dibuat oleh tentara vietnam selama berperang. Kemudian sebuah tank hancur mejeng disana untuk tempat berfoto para turis. Perjalanan diakhiri dengan mengunjungi arena menembak yang suara tembakannya cukup memekakan telinga. Satu tembakan satu peluru satu dollar......
Tidak lupa kita disuguhi ubi rebus plus gilingan kacang. (yah makanan sehari2 kita dah hehe.......)
Pulang dari cu chi tunnel udah jam 3 sore, perut lapar dan kami kembali tergopoh2 mencari resto India untuk makan siang yang telat. Kembali ke hotel beres2 termasuk mandi, kami kembali siap2 untuk mengexplore Saigon.
Dari hotel kami berjalan kaki menyusuri de tham street, pan ngu lao , sebuah taman dan akhirnya terlihatlah patung kuda itu, langkah kaki pun tak bisa ditahan memasuki sebuah gedung besar bernama Ben Tham market, ratusan pedagang disana berteriak2 menawarkan dagangannya, dan tentu saja sasaran kami menuju stall yang menawarkan souvenir2. Ada gantungan kunci (oleh2 seribu umat..) hiasan pensil, magnet, tas, dompet, t-shirt, topi dll. Semua pakai tawar menawar... dan tak terasa ketika keluar dari gedung tersebut hari sudah malam.
Setelah capek keliling2 akhirnya kami kembali ke hotel dan sempat mampir di sebuah stall pas di sudut buffalo cafe di simpang bui vien dan de tham yang hanya menjual nasi goreng ayam dan telor untuk makan malam.
Keesokan harinya jam 6 pagi kami sudah check out dari hotel dan bergegas menuju Sinh cafe, dan nggak sempat sarapan lagi,disana sudah menunggu bus yang akan membawa kami ke Siem Reap. Bus berangkat tepat waktu, jam 6.30 kami meninggalkan pelataran parkir menuju perbatasan vietnam dan Kamboja di Moc Bai, hanya 2 jam dari saigon.
Disana sempat diperingatkan petugas karena kita masih sempat narsis2 an dengan ngambil foto di dalam ruangan imigrasinya. Jadi sebelum masuk imigrasi paspor kita akan diminta oleh guide kita yang menemani dari Saigon untuk diuruskan visa dan proses imigrasinya, kita nanti tinggal nunggu di depan loket dan dipanggil namanya untuk menerima paspor yang sudah di cap. Setelah melalui loket imigrasi kita akan diperiksa petugas kesehatan karantinanya dengan menempelkan semacam alat pendeteksi ke leher kita, lolos dari sana kita kembali ke dalm bus. Hanya 5 menit bus berjalan kita harus turun lagi untuk melewati imigrasi kamboja di Bavet.
Jam 12 siang bus sampe di Pnomphenh. Disana penumpang yang akan menuju siem reap harus turun dan menunggu untuk bertukar bus rute pnom phenh - Siem reap. Perut lapar jadi kami sempatkan keliling menuju pasar yang berada di dekat pool sinh cafe tersebut untuk mencari makanan. Dan lagi2 tidak menemukan resto halal. Sempat mau beli roti yang terlihat sangat menggiurkan dan sepertinya tak mungkin ga halal...pas ditanya sama penjualnya apakah ini mengandung pork? si penjual bilang tidak, hore ok dong....tapi ketika yoffa memastikan lagi..si penjual bilang no pork...but pig..pig.. Yahaaha..apa bedanya...haha.. Akhirnya balik lagi deh ke pool...puasa deeeeeh....
Jam 8 malam sampai di pool sinh cafe di Siem reap. Untung sekali dari atas bus udah terlihat seseorang menenteng kertas bertuliskan "Indra". Pasti itu jemputan dari guest house kami. Lega deh soale sempat deg-deg an kalau ga ada yang jemput kita mo kemana karena buta sama sekali dengan daerahnya.
Ok, dengan tuk-tuk yang dikemudikan oleh pak kusir yang baik (eh..kok pak kusir, emang dokar..) kita diantar ke Victoria Guesthouse. Lokasinya agak masuk ke dalam, kamarnya besar dan bersih. CS nya sangat membantu sekali, dia sedikit kaget ketika menghitung jumlah kami, kok kurang satu? ..kami jawab.. one more friend not go...
Langganan:
Postingan (Atom)