Selasa, 26 Oktober 2010

TRIP SING - MALACCA - KL, second visit


Akhirnya tanggal 21 oktober itu datang juga (halah)... Trip ini akhirnya bisa terlaksana juga walaupun ada beberapa kendala yang harus dihadapi sebelumnya, termasuk ada peserta yang mengundurkan diri pada saat2 terakhir padahal sudah keburu kita belikan tiket dengan tambahan biaya dari kita sendiri karena si peserta belum membayar penuh . Dan dari sekian banyak yang menyatakan berminat ikut akhirnya hadirlah 5 orang traveler  yang bersiap menjelajahi semenanjung malaya. Ini kunjungan ke dua saya ke singapore dan KL, namun yang pertama untuk yang ke malacca. 

Seperti biasa saya berangkat dari Bogor dengan menumpang bis Damri di pagi hari , tidak terlampau buru2 karena jadwal flight siang hari. Dihadang macet di jalur tol dalam kota Jakarta akhirnya sampai juga di bandara Soetta terminal II  Internasional jam 10 kurang seperempat, padahal dah janjian ketemuan disana jam 9.00. Disana ketemu dengan semua peserta yaitu Rizal dari Semarang, Yoffa ,Dyah dan temannya dari Serang , dan tanpa membuang waktu kami segera masuk ke dalam dan melakukan check ini melalui mesin self check in dan bayar airport tax sebesar 150 rb perorang.

Yoffa adalah salah seorang peserta yang sering ikut dengan trip-trip yang saya adakan jadi udah familiar dengan wajahnya. Sedangkan Dyah adalah teman kerja yoffa, sebelumnya pernah traveling tapi dengan tour arranger dan sekarang tertarik untuk ikutan nyobain traveling ala backpacker. "Banyak jalan kakinya kalo ala backpacker" saya bilang, dan dia jawab siap, no problem. Ok deh.
Rizal dari Semarang masih mahasiswa dan untuk pertama kalinya bepergian ke luar negeri. Ia sendiri tampil dengan bawaan tas backpack sebesar gaban. (mo kemping Zal? hehe....) yang bikin kami khawatir kalau ga diperbolehkan dimasukan ke kabin karena di AirAsia ada batasan besar dan berat, tapi untungnya tidak ada satupun petugas yang menghalangi dan tas besarnya itu tetap bisa mengiringi kemanapun Rizal pergi...:),  Ia berangkat dari Semarang malam hari tadi supaya bisa sampai di bandara pagi. 
Setelah check in kami beriringan menuju kaunter bebas fiskal dan diteruskan ke pemeriksaan imigrasi. Sempat tukar uang dulu di dalam bandara dan ngabisin air minum yang tersisa sebelum masuk ke boarding gate .
Tak menunggu lama panggilan untuk boarding pun terdengar, setelah penumpang hot seat masuk maka kamipun ngantri memasuki kabin pesawat. Butuh waktu satu setengah jam pesawatpun mendarat dengan selamat di bandara Changi Singapore. Ketika sampai di antrian imigrasi baru ketauan Rizal belum mendapatkan dan mengisi imigration card yang dibagikan di dalam pesawat ( mungkin disangka orang singapore ama pramugarinya ya jad ga dikasih kartunya....) jadi kita keluar dari antrian dan nungguin Rizal ngisi card nya.

Kali ini kita nginap di Footsprint Hostel di daerah Dicson Road gak jauh dari stasiun MRT Bugis. Dibanding ABC Hostel yang saya tempati dulu hostel ini terlihat lebih besar namun terkesan lebih rame , sharing bathroom nya bagi saya juga terasa kurang nyaman karena pakai sistem petakan gitu alias gak ketutup sampai keatasnya, beda dengan yang di ABC Hostel.  Tapi over all untuk penginapan ala backpacker cukuplah ( apalagi yang mo diharapkan, namanya juga backpacker hostel..) , sebelum masuk kita dibekalin cover bed dan pillow case yang nanti pas cek out harus dikembalikan, breakfast disediakan sampai jam 10 pagi, ruangannya full AC, dan di guest room ada TV Flat termasuk free internet untuk 20 menit.





Setelah check in dan istirahat sejenak ( yoffa ampe ketiduran, maklum dari Serang berangkat ke bandara jam 5 pagi !! ) kami keluar menyusuri little india dan makan di sebuah restaurant India, Saya cari aman dengan pesan nasi putih dan telur gule, sedang yang lain berexperiment dengan lauk2 yang tidak dikenal hehe.... Rizal sukses menghabiskan makanannya dengan menu nasi warna warni( nasi briyani?) plus gule kambing, sedangkan yoffa dan dyah gagal menghabiskan makanannya karena lauk yang tidak begitu cocok dengan selera.
Dari sana kami menuju MRT Litle India dan ambil tiket menuju harborfront, dan dari sana menuju pulau  sentosa untuk menikmati pertunjukan song of the sea yang jam 7.40. Tiket masuk pulau 3 dollar, tiket pertunjukan 10 dollar. Sehabis dari sana kami naik MRT lagi menuju bugis market untuk beli souvenir buat oleh2. Dari sana jalan kaki menuju penginapan dan siap2 istirahat, saya dan rizal buka internet bentar buat update di fb hehehe...
Besok pagi setelah sarapan pagi dengan roti dan susu plus buah termasuk cuci piring dan gelas sendiri kami check out dari footprints hostel dan lagi-lagi naik mrt menuju esplanade untuk mengunjungi si marlion, gedung duren dan patung kang rafles yang lagi mejeng di depan museum civilization. Setelah foto-foto di clark quey dan nyobain es potong singapore kami kembali menuju city hall mrt dan berniat mengunjungi daerah orchad. Sempat salah keluar dari stasiun mrt dan menemukan pemandangan jalan orchad yang lain dari bayangan akhirnya ketemu juga jalan orchad yang banyak orangnya :)  bentar disana duduk2 sambil ambil foto bergaya dibawah sign orchad street tanda bukti dah kesana rombongan kecil kami naik mrt lagi dan sekarang menuju tujuan akhir yaitu stasiun lavender, dimana kami akan berangkat menuju malaka.

Lagi2 sepertinya kami salah ambil exit keluar, karena berdasarkan petunjuk seharusnya kami ketika keluar langsung berhadapan dengan terminal bus singapore- malaka di depannya, tapi sekarang malah kita muncul di jl kallang. Akhirnya setelah jalan jauuuh banget menyuri jl. lavender kita menemukan terminal bus tersebut. Banyak bis yang parkir disana tapi kami hanya menemukan 4 booth loket yang terlihat di pinggir parkirannya yaitu dua loket bis singapore-malacca express dan dua lagi loket meredian bus dan delima bus. Sebenarnya saya memesan tiket delima bus pada loket yang terlihat terbuka, tapi yang saya terima malah tiket bus meredian, tapi ga apalah karena bus nya juga ga jelek-jelek amat.
Setelah menunggu 1 jaman akhirnya bus tersebut datang dan kami semua masuk ke dalamnya. Hanya butuh 4 jam perjalanan kami sampai di malaka.

Kota Malaka terlihat seperti kota2 kelas menengah di Indonesia, tidak terlampau ramai seperti Jakarta, terlihat tenang tapi tetap banyak gedung2 pencakar langit berdiri di kejauhan. Perumahan disana masih menapak di tanah dan tidak terlihat rumah penduduk ala rumah susun yang banyak terlihat di singapore dan KL. 
Setiap bus dari luar kota akan berhenti di terminal malaka sentral. Begitu turun bingung mau kemana, akhirnya kita memasuki gedung malaka sentral tersebut, ternyata didalamnya lengkap ada foodcourt, gerai2 jualan, money changer selain loket2 penjualan tiket bus. Disana 2 kali saya dicemberutin para karani, pertama waktu mo ke toilet kan harus bayar dulu tuh, saya sodorin duit 50 ringgit, penjaga toiletnya misuh2, lha biayanya cuman 30 sen bayar pake 50 ringgit, ya ga ada kembalian. Akhirnya saya diperbolehkan masuk toilet tanpa bayar. Yang kedua pas mau bayar bis kota yang menuju malaka town, pak supir misuh2 lagi ketika saya sodorin uang 50 ringgit itu, ternyata biaya bisnya cuman 1 ringgit. Ketika saya mau turun lagi untuk mecahin tu duit si pak supir ga tega juga , akhirnya setelah ngudak2 dompet ada juga kembaliannya, sorry pak cik.. baru datang nih.
BIS yang kami naiki bernomor 17 dan melewati Stadhuy atau Dutch Square yang menjadi tujuan kami, Lokasi tersebut merupakan daerah wisata dan merupakan warisan dunia yang dilindungi keasliannya.
Bis ini uelek banget sama persis seperti bus bus kota tua yang masih berkeliaran di jalan2 ibukota kita, tapi mesinnya masih ok dan bus berjalan tanpa tersendat2.
Saya lihat di Malaka ini para senior atau orang-orang tua masih sangat "mobile" dalam beraktivitas dan menggunakan transportasi umum, beberapa kali bis terpaksa berhenti lama untuk menaikan dan menurunkan penumpang yang karena faktor umur ini harus berjalan perlahan-lahan. Dan mereka ga ditemanin lo, pergi kemana2 sendiri aja. Tidak itu saja, di daerah pecinan seperti di jonker street mereka malah punya tempat untuk kongkow khusus, baik untuk berolah raga, menyanyi , ngupi2  dll nya, malah yang nungguin toko kebanyakan oma2 dan opa2 ini. Umur memang bukan halangan untuk beraktivitas yang bermanfaat ya.

Ketika bus melewati bangunan merah pak supir pun  denga lantang berteriak " yang mau ke dutch square, stadhuy, jonker street, kampung pantai turun disiniiiiiiiiiiiii......................" dan kamipun buru2 keluar dari bus.
Akhirnya kami menapakan juga kaki di malaka ini. Didepan kami berdiri megah gereja berwarna merah, disampingnya gedung stadhuy yang berfungsi sebagai museum, di pinggir jalan berdiri tegak menara jam yang berdentang setiap jam. Disini memang pusatnya wisata sejarah kota malaka. Dari gedung merah ini dengan berjalan kaki kita dapat mencapai lokasi2 bersejarah lainnya, seperti bekas benteng portugis dan belanda dengan meriamnya yang mengarah ke semua tempat termasuk mengarah ke  dalam kota (lho..). Kemudian ada juga kincir air besar yang dulunya kepunyaan sultan malaka  yang masih terawat sampai sekarang, selain itu ada juga benteng santiago, gereja st. paul, replika istana kesultanan malaka, dan gedung proklamasi kemerdekaan termasuk berbagai macam museum yang semuanya mengambil tempat di bangunan bangunan kuno yang terawat rapi dan bersih, ada museum belia, museum prangko, museum bea cukai,museum cheng ho juga museum maritim yang mengambil tempat di pinggir sungai dengan bentuk replika kapal besar portugis sesuai dengan ukuran aslinya.

Sore itu hampir jam 6 waktu malaysia, perutpun sudah merintih minta diisi, kami berdiskusi sebentar apakah mau langsung cari makan atau ke penginapan dulu, akhirnya keputusan diambil kami harus ketemu dulu penginapannya dan sehabis maghrib baru keluar cari makanan. Kemudian kami menyeberangi jembatan dan memasuki jalan hang jebat yang lebih dikenal dengan nama jalan jonker sekarang ini, disana sudah banyak warung2 pinggir jalan yang bersiap buka. Pada malam jumat ,sabtu dan minggu jalan ini memang akan dipenuhi dengan warung2 souvenir dan jajanan sehingga mobil pun dilarang melewati tempat ini, suasananya meriah  beda dengan suasana siang harinya dimana jalan ini  kembali bersih dari aktivitas jualan.

Dari sana kami berbelok ke kanan menyusuri jalan hang lekiu sampai akhirnya bertemu jalan kampung pantai. Oriental Residence nama penginapan kami kali ini. Sempat kelewatan beberapa jauh karena tampilan penginapan ini yang seperti rumah pecinaan biasa akhirnya kamipun menemukan lokasinya. Penginapan ini terdiri dari dua bangunan yang berjauhan letaknya, dan kami mendapatkan tempat di bangunan kedua tersebut. Di bangunan kedua ini hanya kami yang mengisinya yaitu dua kamar dari empat kamar yang tersedia. Kamar yang untuk cewek2 tersedia kamar mandi di dalam sementara yang untuk cowok2 kamar mandi ada dilantai 1. Lantai satu diperuntukan untuk ruang tamu,dapur, dan kamar mandi. Suasananya sepi terlebih lagi disana tidak ada pemilik yang menunggui, ga ada tv, ga ada teras, lampunya  ga pake neon tapi lampu pijar, dan lantai penginapan dilapisi kayu dan di cat merah, plus lampion merah di setiap kamar, bergaya oriental banget deh. Tapi disetiap kamar ada AC plus kipas angin kalau masih belum terasa adem. Disana kami diberikan dua buah kunci, 1 untuk kunci kamar dan 1 lagi untuk kunci pintu depan, jadi kalau mau keluar masuk harap kedua pintu dikunci.
Sehabis maghrib kami keluar menuju keramaian jalan jonker, turis asing dan turis domestik dan penduduk setempat bercampur disana menikmati keramaian, setelah pilah pilih akhirnya kami memutuskan sarapan mi laksa, porsinya besar dengan campuran mi, suwiran ayam, tahu disiram dengan kuah gule..mmm, plus es cendol baba..... 5 ringgit untuk laksanya, 2 ringgit untuk es cendolnya.

  

4 komentar:

  1. Kalau ke Medan, mampir ke area Kesawan... Sepenggal jalan itu membawa kenangan seperti di Malaka, dengan bangunan tua yang dijaga dengan baik. Bisa mampir ke rumah Tjong A Fie... orang terkaya di Medan pada zaman baheula :)

    Untuk hotel, kamu booking dulu atau go-show? Hahaha... sepertinya memang seperti itu gaya pemilik penginapan di Malaka. Dulu aku juga nginap di Jonker Street. Waktu mau check-out, di front desk ndak ada orang... Aku harus masuk sampai ke rumah induk, memanggil2 pemiliknya untuk balikin kunci.

    BalasHapus
  2. pernah sekali ke medan, taunya cuman bandara sama hotel doang hehe...
    Kemaren hotel kita booking dulu soale datangnya kan dah pada malam tuh, takut ntar capek nyari2 hotel dulu.
    Iya tuh, penginapan seperti dah milik sendiri aja, wong kita megang kunci pintu depan.

    BalasHapus
  3. Mau dong tny Oriental Residence bersih/recommend ga, krn sy mo ajk anak n cari2 websidenya ga ktmu, mksdnya mo booking ke guest housenya langsung. Blh ga minta alamat email n tlp yg bisa dihubungi ? Thanks lho.

    BalasHapus
  4. guesthousenya bersih, bagus,cuman tidak disetiap kamar ada kamar mandi. Kamar yang kita kemaren nginap tidak ada TV dan rada sepi aja. Untuk booking bisa coba lihat disini : http://www.hostelworld.com/hosteldetails.php/Oriental-Residence/Melaka/44940/reviews

    BalasHapus